Segala hal yang berlebihan bisa membawa dampak buruk. Begitu juga dengan berponsel. Hal ini kembali terungkap daalm sebuah survey.
Dari survey atas 575 pelaajar, ditemukan tiga golongan besar pengguna. Diantaranya yang menggunakan ponsel 90X sehari, karena merasa selalu be-te atau bosan. Mereka menghasilkan skor lebih tinggi ketika dites tingkat depresi dan ketakutannya, dibanding pelajar yang menggunakan ponsel 70 kali sehari.
Studi ini dijabarkan dalam pertemuan APA (asosiasi psikiater Amerika) di Toronto Kanada, dan menjadi studi pertama yang mengungkapkan keterkaitan emosional dengan kebiasaan bertelpon para remaja.
Survey terakhir menyebutkan, 2 dari 25 remaja di Amerika, dalam kisaran umur 8 hingga 18 tahun, telah memiliki ponsel. Pelajar kelas 7 hingga 12 menghabiskan rata-rata satu jam untuk berponsel, atau kira-kira sama dengan waktu yang merela butuhkan untuk mengerjakan PR.
Beberapa studi lainnya, yang melibatkan mahasiswa, mengungkapkan hubungan antara penggunaan ponsel berlebihan dengan tingkat depresi. Dr. Jee Hyan Ha, penulis utama dari laporan ini, menyatakan bahwa pengguna ponsel yang ditelitinya, secara klinis tidak mengalami depresi.
Meski begitu, Ha mengatakan, pelajar-pelajar mungkin menderita, jika mengacu pada beberapa kasus depresi serius yang terjadi pada remaja. Bisa jadi, masih kata Ha, mereka mengalami ketidakbahagiaan atau resah tentang status sosial mereka. “Mereka mencoba menjadi lebih baik dengan saling berhubungan satu sama lain,” katanya.
Ha, seorang psikiatris di Rumah sakit jiwa Yongin, Korea Selatan, mensurvey pelajar sekolah Menengah Teknik di negaranya. Mereka didata tentang kebiasaan dan perilaku berponsel. Sebagian besar responden adalah laki-laki, dan berusia rata-rata 15 tahun. Responden banyak menggunakan SMS, dan seringkali jengkel ketika orang yang di-SMS-nya tidak balas menelepon( Dikutip dari tulisan Denise Gellene, LA Times)
Sumber: Tabloid Pulsa